Pasang Surut
Pasang Surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang diakibatkan oleh gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil (Dronkers, 1964).
Saat pasut perbani (spring), yaitu saat kedudukan matahari segaris dengan sumbu bumi-bulan, maka terjadi pasang maksimum pada titik di permukaan bumi yang berada di sumbu kedudukan relatif bumi, bulan, dan matahari. Kondisi tersebut terjadi ketika bulan baru dan bulan purnama (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005).
Saat pasut mati (neap), yaitu saat kedudukan matahari tegak lurus dengan sumbu bumi-bulan, terjadi pasut minimum pada titik di permukaan bumi yang tegak lurus sumbu bumi-bulan. Kondisi tersebut terjadi di perempatan bulan awal dan perempatan bulan akhir. Fenomena pasut pada kedudukan demikian disebut dengan neap tide atau pasut mati. Tunggang pasut (jarak vertikal kedudukan permukaan air tertinggi dan terendah) saat spring lebih besar dibanding saat neap (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005).
Teori Pasang Surut Setimbang
Teori pasang surut setimbang (equilibrium tide) merupakan suatu asumsi dimana bumi dianggap seluruhnya tertutupi oleh air laut. Teori pasang surut setimbang menyatakan bahwa naik serta turunnya permukaan air laut sebandingan dengan adanya gaya pembangkit pasang dan surut. Gaya pembangkit pasut yang merupakan resultan gaya sentrifugal dan gaya tarik benda langit (bulan dan matahari), sehingga terdapat dua tonjolan massa air laut di bumi. Pada teori ini bumi dianggap ideal.

Komponen Pasang Surut
Pasang surut yang diamati merupakan superposisi atau penjumlahan dari komponen-komponen pasang surut akibat gaya tarik bulan dan benda langit lainnya serta akibat rotasi bumi. Komponen – komponen pasang surut tersebut merupakan gelombang sinusoidal yang memiliki amplitude, fase, dan periode yang berbeda-beda. Secara matematis persamaan pasang surut dapat dituliskan sebagai:

Komponen-komponen pasang surut dapat dibedakan menjadi komponen pasang surut utama yang terbagi menjadi komponen semidiurnal, diurnal, dan periode panjang serta komponen perairan dangkal. Berikut ini merupakan komponen-komponen pasang surut.

Nilai Formzahl (F)
Nilai Formzahl merupakan perbandingan antara jumlah amplitudo konstanta harmonik tunggal K1 dan O1 dengan jumlah amplitudo konstanta harmonik ganda M2 dan S2. Nilai Formzahl dapat digunakan untuk menentukan jenis atau tipe pasang surut. Berikut ini merupakan rumus perhitungan nilai Formzahl.

Tipe Pasang Surut
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekeunsi air pasang dan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Sehingga terjadi tipe pasut yang berlaunan di sepanjang pesisir. Menurut Kahar (2008), ada empat tipe pasut sebagai klarifikasi-nya, yaitu:
- Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, periode pasang surut rata rata adalah 24 jam 50 menit.
- Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide) adalah keadaan yang dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 25 menit.
- Pasang surut campuran dominan tunggal (mixed tide prevailing diurnal) adalah keadaan yang dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
- Pasang surut campuran dominan ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) adalah keadaan yang dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan periode berbeda.
Pasang Surut terhadap Batimetri
Pengolahan data hasil pengukuran batimetri harus memperhatikan berbagai macam koreksi, misalnya kedalaman yang terukur, kedalaman transduser (echosounder), koreksi pasang surut, koreksi draft kapal, koreksi barcheck, koreksi sound velocity, koreksi pitch, roll, yaw, dll. bathymetry measurement data must consider various corrections, such as measured depth, transducer depth (echosounder), tidal correction, ship draft correction, barcheck correction, sound velocity correction, pitch, roll, yaw correction, etc.
Dalam hal ini, salah satu tujuan dari pengamatan pasang surut air laut ini ialah untuk menentukan bidang acuan kedalaman (chart datum) serta menentukan koreksi dari hasil pemeruman.
Chart Datum
Pengukuran pasang surut sebagai kontrol vertikal survei batimetri, dilaksanakan untuk menentukan Chart Datum untuk memberikan koreksi untuk reduksi hasil studi batimetri. Chart Datum to provide corrections for the reduction of bathymetry study results.
Chart datum adalah suatu titik atau bidang referensi yang digunakan pada peta – peta navigasi maupun pada peramalan pasang surut, yang umumnya dihubungkan terhadap permukaan air rendah.
Nilai Chart Datum diperoleh dari hasil perhitungan air rendah terendah pasang surut air laut sehingga dalam penentuan chart datum sangat berhubungan erat dengan peristiwa pasang surut di lokasi tertentu.
Berikut istilah-istilah dalam posisi muka air di laut :
Alat Pengukur Pasang Surut
Perekaman data pasang surut (tide) dilakukan dengan menempatkan pressure sensor pada papan kayu yang sudah dilengkapi palm pasut (tide gauge staff), penempatan station pengamatan pasang surut dipilih pada lokasi yang memadai di lokasi area survei, lokasinya terhindar dari ombak pecah dan tidak terjadi kering pada saat surut tersurut. Perekaman data dilakukan secara otomatis dengan menggunakan sistem tide gauge logger valeport yang dapat diset untuk variasi interval perekaman data. Data yang direkam adalah waktu (tanggal dan jam) serta tinggi muka air terhadap kedudukan pressure sensor diatas level nol rambu pasut (tide gauge staff).


Referensi
Lang, Abigail E. F. 2022. Perbandingan Hasil Analisis Pasang Surut di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil dan Metode Admiralty. Manado: Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10:(1)
Dronkers, J. J. (1964). Tidal Computations in Rivers and Coastal Waters. North Holland Publishing Company. Amsterdam.
Poerbandono dan Djunarsjah, E. 2005. Survei Hidrografi. PT. Refika Aditama, Bandung
Azis, M. Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut. Jakarta: Oseana, Volume XXXI No. 4
Hapsari, L. Putri. 2022. Pemodelan Hidrodinamika Pola Arus dan Pasang Surut di Perairan Pulau Tidung. Maspari Journal, XIV(2):79-89
Richasari, D.S. 2019. Analisis Perbandingan Konstanta Harmonik Pasang Surut Air Laut Menggunakan Software GeoTide dan Toga (Studi Kasus: Stasiun Pasang Surut Surabaya, Jawa Timur, Indonesia). Padang: Seminar Nasional SPI-4. DOI 10.21063/SPI4.2019.t
Kahar, J. (2008). Geodesi. Bandung: ITB.
Adiyatno, Satria. 2017. Pemetaan Karakteristik Pasang Surut Dan Batimetri Di Selat Semau Provinsi Nusa Tenggara Timur. MCSIJ – Jurnal Kelautan, Volume 1 Nomor 1.
Budiman. 2018. Kajian Pasang Surut Dalam Menentukan Chart DatumUntuk Kedalaman Kolam Pelabuhan Di Tanjung Kiat Distrik Fakfak Barat. Jurnal ISAINTEK, Volume 1, (2): 75-80.
Uswatun K. H., Isna. 2014. Perhitungan Nilai Chart Datum Stasiun Pasang Surut Jepara Berdasarkan Periode Pergerakan Bulan, Bumi, dan Matahari Menggunakan Data Pasut tahun 1994 s.d 2013. Yogyakarta: UGM.
https://www.pushidrosal.id/assets/filemanager/pdf/Artikel_Pasut_to_Batimetri.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Tide
https://geograph88.blogspot.com/2017/01/proses-terjadinya-pasang-surut-air-laut.html